MAKALAH
BAKTERIOLOGI II
EXTENDED-SPECTRUM BETA LAKTAMASE
(ESBL)
NAMA :
RAHMIYATI RASYID
NIM : PO.
530333314733
TINGKAT : II
SEMESTER :
III
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmat dan ridho-Nya, saya dapat menyelasaikan
makalah ini dengan baik .
Saya
menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, saya mohon maaf atas
kekurangan dan keterbatasan saya dalam menyelesaikan makalah ini. Sekiranya usul
saran dari Bapak dan Ibu sangat saya butuhkan agar dapat membuat makalah ini
lebih baik. Atas perhatian Bapak dan Ibu saya
ucapkan Terima Kasih.
Penulis
November 2015
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Produksi
β-laktamase merupakan mekanisme penting dari resistensi terhadap beta-laktam
antibiotik antara bakteri gram negatif. Sefalosporin diperluas spektrum telah
dirancang khusus untuk melawan degradasi oleh tua spektrum luas β-laktamase
seperti TEM-1, TEM-2 dan SHV-1. Respon terhadap sefalosporin diperluas spektrum
antara anggota keluarga Enterobacteriaceae kurang diinduksi β-laktamase
telah produksi bentuk mutan yang lebih tua β-laktamase disebut
extended-spectrum β-laktamase (ESBLs). Selain itu, perlawanan terhadap
sefalosporin spektrum diperluas juga telah muncul di Klebsiella pneumoniae
dan Escherichia coli. Extended (atau diperluas) antibiotik spektrum
β-laktam seperti sefalosporin generasi ketiga (3GC) membentuk komponen utama
dari armamentarium antibakteri empiris di sebagian setup klinis dan terutama di
pusat-pusat perawatan tersier (Chaudary dan Aggarwal, 2004). Ekstensif
menggunakan 3GC telah memberikan kontribusi terhadap evolusi ESBL (spektrum
diperpanjang β-laktamase). Kelompok plasmid dimediasi ini enzim adalah produk
dari mutasi titik pada situs aktif dari TEM, SHV dan Oxa enzim. The ESBL
menghidrolisis penisilin, sefalosporin spektrum diperpanjang dengan rantai
samping oxyimino termasuk ceftazidime, ceftriaxone dan cefotaxime dan
oxyiminomonobactam antibiotik seperti aztreonam (Jacoby dan Medeiros, 1991).
ESBL terjadi terutama di Klebsiella sp. dan Escherichia coli tetapi juga telah semakin dilaporkan dalam
genera lain dari keluarga Enterobacteriaceae (Spanu et al, 2002;.
Thomson dan Sanders, 1992).
Pengobatan
untuk Mycobacterium tuberculosis harus panjang, karena populasi basil ini
berbeda dalam aktivitas metabolik dan itu harus terdiri dari berbagai obat yang
terkait, karena mutasi kromosom spontan dapat menimbulkan resistensi obat.
Fenotip multi-resisten muncul dengan akuisisi berurutan mutasi di beberapa
lokus gen yang terpisah. Pengetahuan tentang mekanisme resistensi memungkinkan
pengembangan teknik untuk deteksi dini strain resisten, sehingga membuat
kontrol yang tepat mungkin. Pengobatan TB termasuk isoniazid, rifampisin dan
pirazinamid selama dua bulan pertama dan isoniazid dan rifampicin untuk menyelesaikan
enam bulan pengobatan (Pere Coll et al., 2003).
Studi ini bertujuan untuk menganalisis pola
kerentanan anggota Enterobacteriaceae utama yaitu Klebsiella sp. dan E.
coli dan mendeteksi keberadaan ESBLs dari pasien Tuberkulosis,
menghadiri sebuah pusat perawatan tersier di Thanjavur District, Tamilnadu,
India Selatan.
I.2. RUMUSAN MASALAH
I.2.1
Apakah Mycobacterium Tuberculosis itu dan Bagaimana Klasifikasi dari
Mycobacterium Tuberculosis?
I.2.2 Penyakit apa yang
ditimbulkan akibat infeksi Mycobacterium Tuberculosis dan Bagaimana gejala yang terjadi apabila
seseorang telah terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis?
I.2.3 Bagaimana pencegahan
terhadap penyebaran mycobacterium
tuberculosis?
I.2.4 Apa itu ESDL – TB ?
I.2.5 Bagaimana cara kerja
dari ESDL – TB ?
1.3 TUJUAN
Tujuan keseluruhan dari
kontrol tuberkulosis adalah untuk mengurangi morbiditas, kematian dan mencegah
perkembangan resistensi
obat. dan produksi ESBL yang dapat ditemukan pada bakteri
dari family Enterobacteriaceae
seperti Escherechia coli dan klebsiella pneumonia. banyaknya produksi ESBL menunjukkan bahwa
masyarakat dapat bertindak sebagai reservoir yang dapat berkontribusi terhadap
penyebaran strain tersebut. Sebuah Enterobacteriaceae prevalensi
ESBL-memproduksi 28% yang diamati pada Mycobacterium
tuberculosis.
1.4 MANFAAT
I.4.1 Dapat mengetahui tentang Mycobacterium
Tuberculosis dan dapat mengetahui
taksonomi dari Mycobacterium Tuberculosis.
I.4.2 Dapat mengetahui penyakit yang ditimbulkan
akibat terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis.
Dapat mengetahui gejala yang timbul apabila seseorang telah terinfeksi
Mycobacterium Tuberculosis.
I.4.3
Dapat mengetahui cara pencegahan terhadap penyebaran Mycobacterium Tuberculosis
I.4.4 Dapat mengetahui
tentang pengobatan penyakit yang disebabkan Mycobacterium Tuberculosis
BAB
II
ISI
2.1 Definisi, Klasifikasi dan Morfologi Mycobacterium Tuberculosis
Mycobacterium Tuberculosis adalah Bakteri
patogen yang dapat menyebabkan penyakit Tuberculosis. Mycobacterium
Tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada 24 Maret 1882 oleh Ilmuwan
berkebangsaan Jerman yang bernama Robert Koch.1 Mycobacterium
Tuberculosis termasuk dalam bakteri kompleks Mycobacterium Tuberculosis.
Gambar.
Koloni bakteri M. Tuberculosis
Klasifikasi
Ilmiah dari Mycobacterium Tuberculosis diantaranya 1 :
Kingdom
: Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Sub
ordo : Corynebacterineae
Famili : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium Tuberculosis
Mycobacterium
Tuberculosis dapat diklasifikasikan sebagai bakteri parasit fakultatif intraseluler yang
ditransfer melalui udara, TBC muncul di paru-paru bagian atas pertama (Quast
2006). M.
is gram-positive and nonspore-forming (North 2004).Tuberculosis
adalah bakteri gram positif dan nonspore pembentuk (North 2004). 2
Meskipun Mycobacterium dapat diberi pewarnaan seperti bakteri
lainnya, namun apabila diberi warna dengan zat warna basa, warna tersebut tidak
dapat dihilangkan dengan alkohol, meskipun telah diberi iodium. Karena hal
tersebut, Mycobacterium Tuberculosis termasuk dalam bakteri tahan asam atau
Basil Tahan Asam (BTA). Dalam pewarnaannya terlihat menyerupai manik-manik atau
seperti tidak terwarnai merata.3
Mycobacterium Tuberculosis lebih resistan terhadap faktor kimia
bila dibandingkan bakteri lain, karena sifat hidrofobik pada permukaan selnya
dan pertumbuhannya yang cenderung berkoloni.3
Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan kapsul atau spora,
tidak bersimpai dan dinding selnya terdiri dari peptidoglikan dan DAP.
Kandungan Lemaknya sekitar 60%. Kandungan lemak pada dinding sel Mycobacterium
Tuberculosis berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan terdapat di
bawah arabinogalaktan. Dari struktur tersebut dapat menyebabkan menurunnya
permeabilitas dinding sel, dimana akan mengurangi efektivitas dari antibiotik.
Molekul yang terdapat dalam dinding sel Mycobacterium yang disebut dengan
Lipoarabinomannan, mempunyai peran dalam interaksi diantara inangn dan patogen,
sehingga Mycobacterium Tuberculosis mampu bertahan hidup dalam makrofag.3
Dinding
sel yang tebal dengan kandungan zat lilin pada Mycobacterium Tuberculosis
berperan dalam pembentukan fase atau formasi granoluma atau bintil yang dapat
dilihat pada hasil rontgen paru-paru.
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus dan ada juga yang
agak bengkok, mempunyai panjang sekitar 1 sampai 4 µ dan lebar 0,2 sampai 0,8 µ. Mycobacterium tidak selalu
ditemukan dalam bentuk berkelompok tetapi juga dapat ditemukan dalam bentuk
sendiri.
Sifat-sifat
biakan dari Mycobacterium Tuberculosis terdiri dari 3:
1.
Mycobacterium
Tuberculosis termasuk bakteri yang bersifat aerob, dimana dalam proses
metabolismenya membutuhkan ketersediaan oksigen.
2.
Pertumbuhan
dari Mycobacterium Tuberculosis relatif lambat, yaitu waktu generasinya sekitar
2 sampai 6 minggu, sedangkan kemunculan dalam bentuk koloni pada pembiakannya
sekitar 2 sampai 6 minggu.
3.
Pertumbuhan dari Mycobacterium Tuberculosis terjadi pada suhu
optimal yaitu pada suhu 37˚C
dan Ph optimum sekitar 6,4 sampai 7.
4.
Mycobacterium
Tuberculosis mampu tumbuh subur dalam biakan atau eugonik. Perbenihannya dapat
dilengkapi dengan penambahan telur, gliserol, kentang, daging atau asparagin.
5.
Berkembang
biak dengan cara membelah diri setiap 16 sampai 20 jam.
6.
Mycobacterium
Tuberculosis bersifat parasit terhadap inangnya.
Mycobacterium
Tuberculosis tahan terhadap desinfektan kimia dan juga pengeringan. Meskipun
demikian, apabila Mycobacterium Tuberculosis berada pada suhu 60˚C selama 20 menit dan pada
suhu 100˚C dengan waktu yang lebih
singkat, bakteri tersebut akan mati. Saat Mycobacterium terkena sinar matahari,
biakan kuman akan mati dalam waktu sekitar 2 jam. Pada dahak, Mycobacterium
Tuberculosis mampu bertahan sekitar 20 sampai 30 jan meskipun terkena sinar
matahari. Kuman akan mati oleh iodii, etanol 80% dan fenol 5%.3
2.2 Penyakit
yang ditimbulkan akibat infeksi Mycobacterium Tuberculosis
2.2.1 Pengertian penyakit Tuberculosis
Penyakit
yang disebabkan karena infeksi Mycobacterium Tuberculosis atau Basal tahan asam
adalah penyakit TBC. Penyakit TBC terutama menyerang pada daerah parenkim
paru-paru. 4 TBC juga disebabkan oleh bakteri kompleks Mycobacterium
Tuberculosis, Bakteri kompleks Mycobacterium Tuberculosis meliputi
Mycobacterium Tuberculosis, Mycobacterium bovis,
Mycobacterium africanum, Mycobacterium
microti, dan Mycobacterium canettii. 5
Selain merusak paru-paru, Mycobacterium Tuberculosis dapat mengenai
sistem saraf sentral atau meningitis, sistem lympatic, sistem sirkulasi atau
miliary tuberculosis, sistem genitourinary, tulang dan sendi (Arif Mansjoer,
2003). Penderia penyakit Tuberculosis paru akan mengalami malnutrisi dengan
berat badan hanya sekitar 30 sampai 50 kg terutama pada orang dewasa. Kondisi
daya tahan tubuh yang sangat rendah pada penderita Tuberculosis paru akan
menimbulkan Mycobacterium Tuberculosis berkembang biak (Depkes, RI 2001:6).
2.2.2 Cara Penularan dan Gejala
Ada beberapa cara penularan penyakit TBC, diantaranya 4
:
1.
Secara
langsung, seperti:
- Berbicara berhadapan
- Air born/percikan air ludah
- Udara bebas (dalam satu kamar)
2.
Secara
tidak langsung atau melalui alat-alat yang tercemar basil, seperti:
- Melalui makanan dan minuman
- Tidur
- Sapu tangan
- Mandi
Ada beberapa gejala yang ditemukan pada penderita Tuberculosis diantaranya:
1.
Batuk-batuk
kurang lebih selama 2 minggu
2.
Keluar
mukus/ dahak kurang lebih 2 minggu
3.
Anoreksia/
nafsu makan menurun
4.
Badan
lemah, letih dan cepat lelah
5.
Dada
terasa sakit
6.
Sering
terjadi febris, temperature naik
7.
Hiperpireksia
kurang lebih 2 minggu
8.
Bila
sudah berat akan terjadi Carvene dan batuk darah
9.
Kadang
terjadi dispnoe sampai cyanosis.
10.
Dengan
pemeriksaan Laboratorium:
- Leukosistosis
- Hb turun/anemia
- LED meningkat/tinggi
- Eritrosit menurun jika kronis
- Sputum BTA+
- Faeses/urine basil positif
11.
Pemeriksaan
Radiologi menunjukkan adanya kesan :
- Koch Pulmonal aktif
- Adanya jaringan parut/ fibrosis
- Gambaran keruh
Seseorang yang terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis akan memiliki
pertahanan untuk melawan perkembangan bakteri. Sehingga bakteri menjadi inaktif
namun bakteri akan tetap tinggal di dalam tubuh penderita. Hal ini yang disebut
dengan Latent Tuberculosis.
Ciri-ciri penderita Latent Tuberculosis diantaranya:
1.
Tidak
mengalami gejala TBC
2.
Tidak
merasa sakit
3.
Tidak
dapat menyebarkan bakteri Tuberculosis
4.
Biasanya
pada PDD test memberikan hasil positif
5.
Selain
itu dapat mengalami perkembangan menjadi active tuberculosis jika tidak
diterapi.
Apabila tidak diterapi, penderita mengalami penurunan daya tahan
tubuh, sehingga mengakibatkan Latent tuberculosis yang akan berkembang menjadi
active tuberculosis. Active Tuberculosis merupakan keadaan dimana sistem
kekebalan tubuh penderita tidak mampu untuk melawan bakteri tuberkulosis yang
ada di dalam tubuh, sehingga mengakibatkan infeksi terutama pada bagian paru-paru
Active tuberculosis mempunyai gejala seperti :
1.
Batuk
berkepanjangan selama 3 minggu atau lebih
2.
Nyeri
dada akan menyebabkan pernafasan terganggu.
3.
Batuk
berdahak atau berdarah
4.
Penurunan
berat badan
5.
Demam
menggigil dan berkeringat pada malam hari, bahkan saat cuaca dingin pengeluaran
keringat yang berlebihan sudah menjadi hal yang biasa terjadi.
6.
Kelelehan
dan kehilangan selera makan. Apabila kehilangan nafsu makan, keadaan tubuh akan
terlihat lebih kurus dan cenderung merasa cepat lelah.
Dalam keadaan aktif,
penyakit tuberculosis membunuh sekitar 60 % dari penderita yang tidak diobati
maupun tidak tidak diterapi.3
Gejala yang
timbul pada anak-anak maupun pada orang dewasa cenderung berbeda. Jika pada
penderita yang masih anak-anak yang tidak menimbulkan gejala. Tuberculosis
dapat dideteksi apabila adanya kontak dengan penderita Tuberculosis dewasa.
Sekitar 30 sampai 50 % anak yang kontak dengan penderita Tuberculosis paru
dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia sekitar 3 bulan
sampai 5 tahun yang bertempat tinggal serumah dengan penderita Tuberculosis
dewasa dengan Basil Tahan Asam positif, sekitar terinfeksi berdasarkan dari
pemeriksaan serologi atau pemerikasaan darah.
Pada anak-anak
yang menderita tuberculosis seringkali tidak menimbulkan gejala khusus. Gejala
utama Tuberculosis pada penderita dewasa diantaranya batuk berdahak yang terus
menerus selama 3 minggu atau lebih. Sedangkan pada anak-anak, umumnya batuk
dalam jangka waktu lam bukan karena gejala uatam Tuberculosis. Batuk lama bisa
karena manifestasi dari alergi.4
Gejala umum anak-anak yang menderia Tuberculosis diantaranya :
1.
Berat
badan dibawah garis merah atau bahkan gizi buruk. Penurunan berat badan terjadi
selama 2 bulan berturut tanpa ada penyebab yang jelas.
2.
Demam
lama atau berulang dengan waktu yang lam yaitu lebih dari 2 minggu tanpa
penyebab yang jelas.
3.
Pembesaran
kelenjar getah bening yang tidak sakit misalnya di leher, di ketiak dan lipatan
paha.
4.
Gejala-gejala
saluran pernafasan seperti batuk kronis lebih dari 3 minggu (setelah
disingkirkan sebab lain dari batuk), nyeri dada ketika bernafas atau batuk.
Mycobacterium Tuberculosis menyebar ke organ-organ tubuh yang lain,
gejala-gejala yang timbul akan berbeda, diantaranya :
1.
Ada
beberapa gejala yang membahayakn seperti kaku kuduk, kejang, penurunan
kesadaran dan kegawatan lain misalnya
sesak nafas.
2.
Gibbus,
koksitis
3.
Foto
thoraks menunjukkan gambaran milier, kavitas, efusi pleura.
Yang beresiko tinggi bisa tertular Tuberculosis diantaranya :
1.
Orang-orang
yang kontak fisik secara dekat dengan penderita Tuberculosis.
2.
Orang-orang
tua.
3.
Anak-anak.
4.
Pengguna
psikotropika.
5.
Orang-orang
bertaraf hidup rendah dan memiliki akses rendah terhadap fasilitas kesehatan.
6.
Pengidap
HIV.
7.
Orang-orang
yang berada di negara yang terkena epidemi Tiberculosis.
8.
Orang-orang
yang sedang sakit dan turun daya tahan kekebalan tubuhnya.
2.2.3
Invasi Mycobacterium tuberculosis serta riwayat
terjadinya tuberculosis.
Penyebaran penyakit TBC biasanya dimulai
melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang
dilepaskan pada saat penderita TBC batuk. Pada anak-anak sumber infeksi umumnya
berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri tuberculosis ini bila sering masuk
dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama
pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat
menginfeksi lcoho seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian
organ tubuh yang paling sering terkena infeksi bakteri ini adalah paru-paru.
Saat Mycobacterium tuberculosis berhasil
menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang
berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan
berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh
sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya
menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant
(istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya
terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan lcoho imun yang
baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada
orang-orang dengan lcoho kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan
mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang
banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang
nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang
telah memproduksi sputum dapat
diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan posistif
terinfeksi TBC. Adapun riwayat
terjadinya tuberculosis dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap infeksi primer
dan pasca primer. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali
dengan kuman TB. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan
cara pembelahan diri di paru-paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru,
saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan
ini disebut sebagai kompleks primer. Kelanjutan setelah infeksi primer
tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler).
Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan
kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman
persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu
mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang
bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis.
Tahap
kedua yaitu Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB) biasanya terjadi
setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya
tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri
khas dari lcoholosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas atau efusi pleura. Penderita penyakit tuberculosis dapat
mengalami komplikasi dimana komplikasi ini sering terjadi pada penderita
stadium lanjut. Pada tahap komplikasi, bakteri dapat menyerang beberapa organ
vital tubuh, di antaranya adalah tulang, usus, otak serta ginjal. Bakteri TBC
biasanya akan berkembang biak dengan pesat saat kondisi tubuh sedang lemah,
misalnya selagi anak terkena penyakit berat. Saat itu kekebalan tubuhnya
menurun, sehingga bakteri pun leluasa menjalankan aksinya.
2.3 Pencegahan terhadap penyebaran Mycobacterium tuberculosiss 8
2.3.1 Penyebaran Mycobacterium tuberculosis
Bakteri ini biasanya berpindah dari tubuh
manusia ke manusia lainnya melalui saluran pernafasan, keluar melalui udara
yang dihembuskan pada proses respirasi dan terhisap masuk saat seseorang
menarik nafas. Habitat asli bakteri Mycobacterium tuberculosis sendiri
adalah paru-paru manusia. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya,
sehingga dapat melewati lcoho pertahanan mukosillier bronkus, dan terus
berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat
kuman lcoholosis berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di dalam
paru-paru
Bakteri Mycobacterium tuberculosis adalah
bakteri yang dapat menyebabkan penyakit tuberkolosis atau disingkat TBC. Sumber
penularan adalah penderita Tuberculosis (TB) yang dahaknya mengandung kuman TB
hidup (BTA (+)). Infeksi kuman ini paling sering disebarkan melalui udara (air
borne, droplets infection). Penyebaran melalui udara berupa partikel-partikel
percikan dahak yang mengandung kuman berasal dari penderita saat batuk, bersin,
tertawa, bernyanyi atau bicara. Partikel mengandung kuman ini akan terhisap
oleh orang sehat dan menimbulkan infeksi di saluran napas. Bakteri aktif
mikobakteria mencemari udara yang ditinggali atau ditempati banyak manusia,
karena sumber dari bakteri ini adalah manusia. Bakteri ini dapat hidup selama
beberapa jam pada udara terbuka, dan selama itulah dia akan berterbangan di
udara hingga akhirnya menemukan manusia sebagai tempat hidup. (U-knee,
2008).Biasanya pencemaran oleh bakteri ini terjadi pada rumah yang penuh dengan
orang namun memiliki ventilasi yang buruk. Juga ditempat-tempat ramai yaitu
sarana perhubungan seperti bis sekolah, kapal laut, juga pada asrama, penjara,
bahkan dari dokter yang kurang memperhatikan sanitasi tubuhnya. Habitat asli dari
bakteri ini adalah manusia, dan hanya menjadikan lingkungan sebagai perantara
(Tin-U, 2005).
2.3.2 Pencegahan agar tidak terinfeksi penyakit TBC 8
1. Meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain dengan makan- makanan
yang bergizi
Dengan asupan makanan bergizi, daya tahan tubuh akan
meningkat. Produksi leukosit pun tidak akan mengalami gangguan, hingga siap
melawan bakteri TBC yang kemungkinan terhirup. Selain itu, konsumsi makanan
bergizi juga menghindarkan terjadinya komplikasi berat akibat TBC.
2. Tidur dan istirahat yang cukup
3. Tidak merokok dan tidak minum-minuman yang mengandung lcohol.
4.
Membuka jendela dan mengusahakan sinar matahari masuk ke ruang tidur dan ruangan lainnya.
5.
Imunisasi BCG pada bayi
Dengan vaksinasi BCG yang benar , sel-sel darah putih
menjadi cukup matang dan memiliki kemampuan melawan bakteri TBC. Meski begitu,
vaksinasi ini tidak menjamin penderita bebas sama sekali dari penyakit TBC,
khususnya TBC paru. Hanya saja kuman TBC yang masuk ke paru-paru tidak akan
berkembang dan menimbulkan komplikasi. Bakteri juga tidak bisa menembus aliran
darah dan komplikasi pun bisa dihindarkan.
2.3
Pengobatan Tuberkulosis menggunakan Extended-spectrum Beta
Laktamase
2.3.1
pengertian Extended-spectrum Beta Laktamase (ESBL)
ESBL merupakan enzim yang dapat menghidrolisis penicillin,
cephalosporin generasi I, II, III dan aztreonam (kecuali cephamycin dan
carbapenem). ESBL berasal dari β-laktamase yang termutasi. Mutasi ini
menyebabkan peningkatan aktivitas enzimatik β-lactamase sehingga enzim ini
dapat menghidrolisis chepalosporin generasi III dan aztreonam.
ESBLs adalah enzim-enzim yang menengahi
resistensi terhadap extended-spectrum (generasi ketiga) sefalosporin (misalnya,
ceftazidime, sefotaksim, dan ceftriaxone) dan monobactams (misalnya aztreonam)
tetapi tidak mempengaruhi cephamycins (misalnya, cefoxitin dan cefotetan) atau
carbapenems (misalnya meropenem atau imipenem).
ESBL paling banyak dihasilkan oleh Enterobacteriaceae (terutama
Escherichia coli) dan Klebsiella
pneumoniae.
Gen
pengkode ESBL pada bakteri paling banyak berada di plasmid . Dalam suatureview article yang diterbitkan oleh Indian
Journal microciology: ESBL merupakan plasmid mediated dan termasuk dalam
golongan TEM dan SVH. Canadian External Quality Assesment Advisory Group for
Antibiotic menyatakan bahwa gen yang mengontrol produksi β -lactamase
terletak di dalam plasmid atau kromosom . Hal
ini mempermudah kemampuan gen ESBL pindah dari satu organisme ke organisme yang lain, sehingga penyebaran
resistensi sangat mudah terjadi antar strain
bahkan antar spesies . Plasmid juga bertanggung jawab atas gen pengkode yang
membawa gen resistensi untuk golongan obat yang lain
(misalnya, aminoglycoside). Keadaan ini membuat
pilihan antibiotik untuk melawan organisme yang memproduksi ESBL sangat terbatas.
Umumnya
ESBL berasal dari gen TEM-1, TEM-2, atau SHV-1 yang mengalami mutasi dan mengubah konfigurasi asam amino di
sekitar lokasi aktif dari β -lactamase. Keadaan ini membuat spektrum antibiotik β -lactam rentan
terhadap hidrolisis oleh enzim ini.
Banyak
penelitian yang meneliti tentang faktor resiko ESBL, dan mereka sepakat bahwa
faktor resiko ESBL disebabkan keadaan sebagai berikut:
1) Keparahan
penyakit,
2) Lama
rawat inap di rumah sakit,
3) Peralatan
medis yang invasif (kateter urine,endotracheal tubes, central venous lines),
4) Antibiotik.
2.3.2
Klasifikasi Extended-spectrum beta lactamase(ESBL)
Anggota famili
Enterobacteriaceae sering mengekspresikan plasmid-encoded β –lactamase
(misalnya, TEM-1, TEM-2, dan SHV-1) yang resisten terhadap pencillin namuntidak
terhadap cephalosporin. Namun akhir – akhir ini sudah banyak ditemukan bakteri penghasil β –lactamase yang resisten
terhadap golongan antibiotik cephalosporin.
Jenis ESBL yang
sering ditemukan adalah sebagai berikut :
- SHV β
-lactamases (class A),
-
TEM β -lactamases (class A),
- CTX-M β
-lactamases (class A),
- OXA β
-lactamases (class D),
- ESBL per tipe
- ESBL lain
2.3.3 Struktur
dan mekanisme kerja β -Lactamase
Semua
ESBL memiliki serine yang terletak di active sites kecuali sebagian kecil
class B Grup
Metallo β -lactamase. Kelompok ini memiliki banyak kesamaan asam amino dengan
penicillin binding proteins(PBPs) .
β
-lactamaseakan menyerang ikatan amida di cincin β -lactam penicillin, dan cephalosporin serta menghasilkan
penicillinoic acid dan cephalosporic acid sehingga senyawa anti bakteri menjadi tidak aktif .
Plasmid
yangmemiliki ukuran ≥ 80 Kb dan bertanggung jawab terhadap pembawa gen ESBL. Pada organisme penghasil ESBL
juga sering resisten terhadap antibiotik golongan aminoglycoside, fluoroquinolon, tetracycline,
chloramphenicol dan sulfamethoxazole- trimethoprim.
ESBL jarang terjadi di Proteus mirabilis, diduga penyebabnya karena
spesies ini memiliki kandungan plasmid yang rendah. Hal ini memperkuat
teori bahwa transmisi ESBL antara satu
organisme ke organisme yang lain biasanya terjadi di plasmid.
Pada ESBL terjadi substitusi asam amino dan mengakibatkan perubahan
konfigurasi enzim. Perubahan ini akan merubah fungsi enzim tersebut.
Terbukanya substrat β -lactam biasanya
juga dapat meningkatkan kemampuan enzim β lactamase, contoh : substitusi asam
amino tunggal pada posisi 104, 164, 238, dan 240
menghasilkan ESBL. Biasanya ESBL dengan spektrum
luas memiliki lebih dari satu substitusi asam amino.
Kehadiran organisme ESBL-memproduksi dalam
infeksi klinis dapat mengakibatkan kegagalan pengobatan jika salah satu kelas
di atas obat yang digunakan. ESBLs bisa sulit untuk dideteksi karena mereka memiliki
tingkat yang berbeda dari aktivitas terhadap berbagai sefalosporin. Dengan
demikian, pilihan yang agen antimikroba untuk menguji sangat penting. Sebagai
contoh, satu enzim dapat aktif menghidrolisis ceftazidime, sehingga ceftazidime
konsentrasi hambat minimum (MIC) dari 256 mg / ml, tetapi memiliki aktivitas
yang buruk pada sefotaksim, memproduksi MIC hanya 4 mg / ml. Jika ESBL
terdeteksi, semua penisilin, sefalosporin, dan aztreonam harus dilaporkan
sebagai resisten, bahkan jika dalam hasil tes vitro menunjukkan kerentanan .
Komite Nasional untuk Clinical Laboratory
Standards (NCCLS) telah mengembangkan kaldu mikrodilusi dan difusi cakram tes
skrining menggunakan agen antimikroba yang dipilih (1). Setiap Klebsiella
pneumoniae, K. oxytoca, atau Escherichia coli isolat harus
dipertimbangkan potensi ESBL-produser jika hasil tes adalah sebagai berikut:
Disk difusi
|
MIC
|
cefpodoxime <22 mm
|
cefpodoxime> 2 mg / ml
|
ceftazidime <22 mm
|
ceftazidime> 2 mg / ml
|
aztreonam <27 mm
|
aztreonam> 2 mg / ml
|
sefotaksim <27 mm
|
sefotaksim> 2 mg / ml
|
ceftriaxone <25 mm
|
ceftriaxone> 2 mg / ml
|
Sensitivitas skrining untuk ESBLs pada
organisme enterik dapat bervariasi tergantung pada agen antimikroba diuji.
Penggunaan lebih dari satu dari lima agen antimikroba disarankan untuk
screening akan meningkatkan sensitivitas deteksi. Cefpodoxime dan ceftazidime
menunjukkan sensitivitas tertinggi untuk mendeteksi ESBL.
K. pneumoniae ATCC 700.603 (kontrol positif) dan E. coli
ATCC 25922 (kontrol negatif) harus digunakan untuk kontrol kualitas tes ESBL
(1).
2.3.3
Cara pengobatan menggunakan ESBL
Munculnya resistensi
terhadap anti-mikroba adalah kejadian biologis alami. Pengenalan dari setiap
agen antimikroba ke dalam praktek klinis untuk pengobatan penyakit menular pada
manusia dan hewan telah diikuti oleh deteksi di Laboratorium isolat
mikro-organisme yang resisten yaitu organisme mikro dapat mengalikan Di hadapan
konsentrasi obat yang ditemukan di host menerima dosis terapi.
Di antara antibiotik,
β-laktam adalah agen yang paling banyak digunakan akuntansi untuk lebih dari
50% dari semua antibiotik sistemik digunakan.
Mekanisme yang isolat
klinis bakteri Gram negatif menolak antibiotik B-Lactam adalah melalui produksi
Beta - laktamase, modifikasi dinding sel dan modifikasi situs target dengan
mengurangi afinitas untuk antibiotik beta laktam.
Di antaranya produksi
beta-laktamase tampaknya menjadi perhatian utama dan salah satu mekanisme
resistensi antimikroba yang paling cepat berkembang dan klinis signifikan.
Plasmid pertama
dimediasi B-laktamase di Gram negatif, TEM-1, dilaporkan pada tahun 1965 dari
Escherichia Coli isolat milik pasien di Athena, Yunani, bernama Temnoniera
(maka TEM penunjukan.). Plasmid umum lainnya dimediasi β - laktamase ditemukan
di Klebsiella pneumoniae dan Escherichia coli adalah SHV-1 (dinamai sulfhidril
"variabel" situs aktif) Antibiotik yang lebih baru beta laktam
(extended spectrum β-laktam) yang tidak akan rentan terhadap enzim ini menjadi
banyak digunakan di tahun 1980-an. Laporan pertama dari
plasmid-dikodekan-B laktamase mampu menghidrolisa sefalosporin spektrum
diperpanjang diterbitkan pada tahun 1983. yang pertama kali diisolasi di
Jerman, ESBLs menyebar dengan cepat ke Eropa, Amerika Serikat dan Asia dan
sekarang ditemukan di seluruh dunia. Yang plasmid dimediasi, mereka mudah
menular di antara anggota enterobacteriaceae sehingga memfasilitasi penyebaran
resistensi tidak hanya untuk Beta-laktam tetapi terhadap antibiotik yang umum
digunakan lainnya seperti kuinolon dan aminoglikosida.
E. coli adalah salah satu isolat yang paling umum dalam pengaturan rumah
sakit dan sebagai antibiotik B-laktam adalah andalan pengobatan, meningkatnya
jumlah E. coli isolat ESBLs pameran; dan dengan demikian kelompok B-laktam
antibodi akan hampir tidak efektif dalam beberapa tahun yang akan datang
E. coli menjadi organisme yang paling umum setelah Klebsiella menunjukkan
ESBLs, mempersulit masalah, kecuali kebijakan definitif mendeteksi ESBL
memproduksi isolat tersebut dan waktu mereka di pelaporan ke dokter
dikomunikasikan, sehingga pengobatan yang tepat dilembagakan dan morbiditas dan
mortalitas yang dihasilkan secara substansial berkurang
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Mycobacterium Tuberculosis adalah Bakteri
patogen yang dapat menyebabkan penyakit Tuberculosis. Mycobacterium
Tuberculosis termasuk bakteri yang bersifat aerob, pertumbuhan optimal pada
suhu 37 C dan Ph optimum
sekitar 6,4 sampai 7, berkembang biak dengan cara membelah diri
setiap 16 sampai 20 jam, bersifat
parasit terhadap inangnya, tahan terhadap desinfektan kimia dan juga
pengeringan.
Penyakit yang disebabkan karena infeksi
bakteri kompleks Mycobacterium Tuberculosis atau Basal tahan asam adalah penyakit
TBC. Penyakit
yang diakibatkan oleh susu yang terkontaminasi diantaranya adalah TBC, dengan
bakteri yang mengkontaminasi yaitu Mycobacterium
tuberculosis kompleks
Pencegahan agar tidak terinfeksi bakteri
1.
Meningkatkan daya
tahan tubuh, antara lain dengan makan- makanan
yang bergizi
2.
Tidur dan istirahat yang cukup
3. Tidak merokok dan tidak
minum-minuman yang mengandung Alcohol.
4. Membuka jendela dan mengusahakan sinar
matahari masuk ke ruang tidur dan
ruangan lainnya.
5. Imunisasi BCG pada bayi
3.2 daftar pustaka
American Journal of Mikrobiologi Penelitian, 2015 3 (2), hlm 59-61.
DOI: 10,12691 / ajmr-3-2-3
DOI: 10,12691 / ajmr-3-2-3
R. Jayapradha, S. Murugesh, N. Mahesh dan D. Brahatheeswaran 2007.
Prevalensi ESBL Memproduksi Strain di Tuberkulosis Pasien Jurnal Penelitian
Mikrobiologi, 2:. 491-495.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar